PENGARUH SIKAP DAN TINGKAT INTELEGENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SMK TRI BHAKTI BANGKO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
M. Jainuri
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi suatu fenomena bahwa adanya kesenjangan antara sikap belajar dan intelegensi terhadap prestasi belajar Matematika siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara sikap belajar dengan prestasi belajar, intelegensi dengan prestasi belajar, sikap belajar dengan intelegensi, sikap belajar dan intelegensi secara bersama – sama terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap belajar (X1) dan intelegensi (X2) sedangkan prestasi belajar Matematika sebagai variabel terikat (Y). Responden penelitian adalah siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 18 orang sebagai populasi dan sekaligus diambil sampel. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan metode angket dengan skala likert untuk sikap belajar, tes intelegensi untuk mengetahui IQ dan untuk mengukur prestasi belajar siswa menggunakan metode dokumentasi berupa nilai ulangan harian. Nilai korelasi analisis validitas skala sikap antara 0,214 - 0,860 dan nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh 0,839.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi Variabel X1 terhadap Y sebesar 0,491 > rtabel atau 0,492 > 0,468 maka Ha diterima dan Ho ditolak, koefisien korelasi X2 terhadap Y sebesar 0,683 > 0,468 maka Ha diterima dan Ho ditolak, koefisien korelasi X1 terhadap X2 sebesar 0,423 < 0,468 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Korelasi ganda antara sikap belajar dan intelegensi secara bersama-sama terhadap prestasi belajar sebesar 0,728 dengan Fhitung sebesar 8,466 dan Ftabel sebesar 3,68. Karena Fhitung > Ftabel atau 8,466 > 3,68 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara sikap belajar dan intelegensi secara bersama – sama terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010.
Kata kunci : Pengaruh, Sikap Belajar, Intelegensi, Prestasi Belajar.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah proses berkesinambungan yang seharusnya tidak boleh terhenti dan terus berjalan seiring dengan usia manusia. Pendidikan yang berkualitas tentunya akan menghasilkan sumber daya manusia yang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya yang lainnya. Hal ini berarti pendidikan diharapkan dapat menggerakkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas keberadaannya serta mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Untuk itu, mengingat bahwa pendidikan merupakan masalah yang sangat kompleks dan teramat penting karena menyangkut berbagai sektor kehidupan bagi pemerintah maupun masyarakat maka seyogyanya pendidikan diupayakan secara terencana dan sistematis.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan sampai saat ini masih jauh dari apa yang di harapkan. Betapa kita masih ingat akan standarisasi Ujian Nasional dengan standar nilai masing – masing mata pelajaran yang harus dicapai, dikeluhkan oleh para pendidik bahkan oleh orang – orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus. Di sisi lain pendidikan juga merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, namun guru juga dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Menurut Dimyati (2006:10) belajar merupakan seperangkat proses yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Sedangkan Slameto (2003:2) menyatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Prestasi belajar menurut Purwanto (2008:22) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Berkaitan dengan hasil belajar, sikap siswa dalam proses pembelajaran di sekolah turut mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan mengacu kepada pengertian tentang sikap secara umum, maka sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan siswa untuk bereaksi terhadap pelajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne (dalam Wuryani, 200:220) sikap merupakan kecenderungan bereaksi seseorang terhadap suatu obyek.
Jika lingkungan belajar memberikan pengaruhi positif kepada siswa, maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang baik, yaitu siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di kelas. Sebaliknya jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi negatif kepada siswa, maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang tidak baik yaitu siswa merasa tidak senang dalam mengikuti pembelajaran yang dikelola guru di kelas.
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, selain harus mempunyai sikap positif seseorang harus juga memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Menurut Anastasi dan Urbina (2007:331) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki intelegensi rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit orang dengan intelegensi tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan intelegensi sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan intelegensi tinggi.
B. Tujuan dan Orientasi Penelitian
Manfaat secara umum yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah memberi informasi faktual tentang pengaruh sikap dan intelegensi terhadap prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun pelajaran 2009/2010. Bagi peneliti : (1) Sebagai referensi dan masukan dalam penelitian berikutnya khususnya yang berkaitan dengan sikap dan intelegensi terhadap prestasi belajar siswa dan (2) Menambah pengetahuan bagi peneliti lain tentang sikap dan intelegensi terhadap prestasi belajar matematika siswa. Bagi pihak terkait, guru : (1) sebagai bahan masukan agar selektif dalam memilih metode, pendekatan dan strategi pembelajaran terutama menyangkut masalah sikap dan tingkat intelegensi siswa, (2) sebagai acuan dalam mengupayakan peningkatan kualitas belajar mata pelajaran matematika dan (3) sebagai masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai sikap dan intelegensi siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika. Bagi siswa : (1) berguna untuk membantu merubah sikap negatif ke arah sikap yang lebih baik, (2) berguna untuk merangsang siswa meningkatkan tingkat kecerdasan intelektual atau intelegensinya dan (3) sebagai motivasi dalam mencapai keberhasilan belajar dengan cara meningkatkan prestasi belajar matematika. Bagi sekolah : (1) sebagai bahan pertimbangan menyusun strategi dan manajemen sekolah dalam peningkatan kualitas belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika dan (2) sebagai acuan dalam proses membantu siswa yang lemah tingkat intelegensinya dengan memberikan bimbingan khusus.
Sedangkan orientasi penelitian ini bermaksud menelaah sikap, tingkat intelegensi dan prestasi belajar matematika di SMK Tri Bhakti Bangko. Keluaran penelitian yang berupa identifikasi sikap siswa, tingkat intelegensi siswa memberikan informasi yang dapat dipergunakan untuk merancang strategi pembelajaran yang demokratis dan disusun berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang heteregon. Sehingga dpada muaranya dapat meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
C. KAJIAN TEORITIK
1. Sikap Belajar
Sikap atau attitude merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang (stimuli). Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena suatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda, ataupun situasi-situasi mengenai dirinya.
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasan, dan juga situasi lingkungan. Demikian pula sikap pada diri seseorang terhadap sesuatu atau perangsang yang sama mungkin juga tidak selalu sama. Hadis (2006:38) mengatakan: "Sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek atau rangsangan tertentu". Sedangkan menurut Bruno (dalam Syah, 200:120) berpandangan bahwa sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.
Senada dengan hal tersebut Anastasi dan Urbina (2007:445) menyatakan bahwa sikap merupakan tendensi untuk bereaksi secara menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap sekelompok stimuli yang ditunjuk, seperti kelompok etnis, nasional, adat-istiadat atau lembaga. Sedangkan Kartono (1985:310) mengatakan bahwa sikap merupakan organisasi dari unsur-unsur kognitif, emosional dan momen-momen kemauan yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau, sehingga sifatnya sangat dinamis dan memberikan pengarahan pada setiap tingkah laku. Sedangkan menurut Bogardus (dalam Kartono, 1985:311) sikap merupakan “tendensi untuk bereaksi terhadap faktor-faktor lingkungan, dan bisa bersifat positif, atau bisa bersifat negatif”.
Dari pendapat-pendapat di atas pada prinsipnya sikap (attitude) dapat dianggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berimbas (lebih maju dan lugas) terhadap suatu obyek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
Dalam kaitan sikap dalam belajar Dimyati (2006:239) menyatakan bahwa sikap belajar merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, merasa senang dan tidak senang dalam melakukan aktifitas belajar.
Dengan mengacu kepada pengertian tentang sikap secara umum, maka sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan siswa untuk bereaksi terhadap pelajaran di sekolah. Reaksi positif atau senang dan reaksi negatif atau tidak senang yang ditunjukan oleh siswa di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa ialah kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran yang dipergunakan oleh guru, media pembelajaran, sikap dan perilaku guru, suara guru, lingkungan kelas, manajemen kelas dan berbagai faktor lain yang turut mempengaruhi sikap siswa.
Jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi positif kepada siswa, maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang baik, yaitu siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di kelas. Sebaliknya jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi negatif kepada siswa, maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang tidak baik yaitu siswa merasa tidak senang dalam mengikuti pembelajaran yang dikelola guru di kelas.
Perilaku yang diperlihatkan siswa yang bersifat negatif atau tidak senang terhadap proses pembelajaran berupa sikap acuh tak acuh ( apatis ), siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran, mengganggu teman sekelasnya, tidak mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, keluar masuk kelas dan berbagai bentuk perilaku yang menyimpang lainnya. Tingkah laku yang positif atau senang terhadap proses pembelajaran yang ditunjukkan siswa ialah siswa aktif, tekun, ulet, menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan baik, disiplin dalam belajar, tidak keluar masuk kelas, menghormati guru dan teman sekelasnya, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, menunjukkan kerja sama yang baik dengan teman kelas dan melakukan tugas-tugas belajar secara berkelompok dan sebagainya. Sedangkan sikap belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika dapat dilihat dari bagaimana siswa memahami tujuan dan isi mata pelajaran matematika, cara siswa dalam mempelajari mata pelajaran matematika, sikap siswa terhadap guru mata pelajaran matematika dan sikap siswa dalam usaha memperdalam mata pelajaran matematika.
Menurut Sudjana (2008:82) Sikap siswa dalam memahami tujuan dan isi mata pelajaran matematika dapat dilihat dari (1) paham dan yakin akan pentingnya tujuan dan isi matematika, (2) kemauan untuk mempelajari materi matematika, (3) kemauan untuk menerapkan atau menggunakn konsep matematika dan (4) senang membaca atau mempelajari buku matematika. Di bagian lain Sudjana (2008:83) menyatakan :
Cara siswa dalam mempelajari mata pelajaran matematika dapat ditinjau dari (1) kesulitan mempelajari matematika, (2) konsep matematika perlu dipelajari dengan menggunakan alat peraga, (3) perlu banyak latihan, (4) konsep matematika diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan (5) pemecahan masalah dalam kehidupan sehari – hari menggunakan matematika. Dan untuk sikap siswa terhadap guru yang mengajarkan indikatornya adalah pemberian pekarjaan rumah.
Lebih jauh Sudjana (2008:84) menyatakan bahwa upaya memperdalam mata pelajaran matematika dapat ditinjau dari (1) kesulitan mempelajari matematika, (2) mempelajari konsep matematika memerlukan berbagai buku matematika, (3) memperbanyak latihan dalam memecahkan soal – soal matematika.
2. Tingkat Intelegensi ( Kecerdasan Intelektual )
Perkataan intelegensi atau intelektual berasal dari kata Latin intelligere yang berarti mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan dengan yang lain (to organize, to relate, to bind together). Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan berpikir merupakan hal mutlak dalam intelegensi. Intelegensi secara umum dipahami pada dua tingkat, yaitu : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses infomasi sehingga masalah – masalah yang dihadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan kecerdasan merupakan pemandu untuk mencapai sasaran – sasaran secara efektif dan efisien.
Menurut Yandianto, (1997:189) intelegensi didefinisikan sebagai :
Daya membuat atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman – pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta – fakta atau kondisi baru, kecerdasan.
Menurut Stern (dalam Djaali, 2008:63) intelegensi ialah daya menyesuaikan diri pada keadaan baru dengan mempergunakan alat – alat berpikir menurut tujuannya. Di sini terlihat bahwa Stern menitikberatkan pada persoalan penyesuaian diri (adjusment) terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian orang yang intelegensinya tinggi (cerdas) akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah baru yang dihadapi, bila dibandingkan dengan orang yang tidak cerdas.
Di bagian lain Stern mengemukakan bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Dari batasan yang dikemukakan, dapat kita ketahui bahwa: (1) intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat dan sebagainya juga mempengaruhi intelegensi seseorang), (2) kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui “kelakuan intelegensinya”, (3) bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja, yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.
Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu Sedangkan Purwanto (1996:52) berpendapat bahwa intelegensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuai dengan cara – cara tertentu. Sementara Mulyasa (2005:122) menyatakan intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan analisa, memecahkan masalah, menyesuaikan diri dan menarik generalisasi, serta merupakan kesanggupan berpikir seseorang.
Dari pendapat – pendapat di atas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Seperti diketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda – beda. Hal ini didasarkan pada pandangan yang menekankan bawaan (kualitatif ) dan penekanan pada proses belajar ( kuantitatif ), sehingga dengan adanya pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syah (2007:132) dan Slameto (2003:131) faktor – faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah : (1) faktor bawaan, (2) faktor lingkungan, (3) stabilitas intelegensi dan IQ, (4) faktor kematangan, (5) faktor pembentukan, (6) faktor minat dan pembawaan yang khas dan (7) faktor kebebasan.
4. Prestasi belajar
Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Gagne (dalam Wuryani, 2006:217) berpendapat bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Sedangkan Bloom (dalam Arikunto, 2009 : 117) menyatakan prestasi belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Purwanto (2008:22) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah. Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang disebut rapor.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Suryabrata (2007:233) dan Slameto (2003:54), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal : (1) . Faktor fisiologis atau jasmaniah dan (2) faktor psikologis: intelligensi, sikap, motivasi. Faktor eksternal meliputi : (1) faktor lingkungan keluarga ; sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga, (2) faktor lingkungan sekolah ; sarana dan prasarana, kompetensi guru dan siswa, kurikulum dan metode mengajar, (3) faktor lingkungan masyarakat ; sosial budaya, partisipasi terhadap pendidikan.
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan
D. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap belajar (X1) dan intelegensi (X2) sedangkan prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat (Y). Responden penelitian adalah siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 18 orang sebagai populasi dan sekaligus diambil sampel. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan metode angket dengan skala likert untuk sikap belajar, tes intelegensi untuk mengetahui IQ dan untuk mengukur prestasi belajar siswa menggunakan metode dokumentasi berupa nilai ulangan harian. Untuk menguji validitasa angket digunakan rumus Product – Moment dari Pearson dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Sebelum diadakan analisis, data perlu diuji persyaratan analisisnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui rumus statistik yang sesuai untuk dipergunakan. Pengujian normalitas data menggunakan rumus Chi Kuadrat dan linearitas menggunakan rumus Anova (anlisis of varians). Menurut Sudjana (2001 : 78) statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian tergantung kepada isi rumusan hipotesis. Sedangkan Sugiyono (2008 : 153) untuk menguji hipotesis assosiatif/hubungan digunakan Korelasi Product Moment, Korelasi Ganda dan Analisis Regresi untuk melakukan prediksi.
Berdasarkan hipotesis penelitian yang dikemukakan yaitu merupakan hipotesis assosiatif maka untuk menguji dan menganalisis data-data yang terkumpul digunakan Rumus Korelasi Product-Moment, Rumus Korelasi Ganda, Rumus Uji – t, Rumus Uji – F, Rumus Regresi Linier Sederhana dan Rumus Regresi Linier Ganda. Dan cara penghitungannya dibantu dengan program SPSS 15.0 for windows.
E. PEMBAHASAN
1. Pengaruh antara Sikap Belajar ( X1 ) terhadap Prestasi Belajar ( Y ).
Berdasarkan analisis data besarnya hubungan sikap belajar (X1) terhadap pretasi belajar (Y) yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,491 atau (rx1y = 0,491). Hal ini menunjukkan hubungan yang sedang antara sikap belajar (X1) terhadap pretasi belajar (Y), sedangkan tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probablilitas menghasilkan angka 0,008. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 5% atau 0,008 < 0,005 maka hubungan antara sikap belajar ( X1 ) terhadap prestasi belajar ( Y ) signifikan, sedangkan kontribusi variabel sikap belajar terhadap prestasi belajar sebesar 24,11%. Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,446 dengan tingkat signifikansi 0,003 karena tingkat probabilitas 0,003 jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Dari tabel 6 menggambarkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut : Y = a + bX1 = 64,146 + 0,277 X1 Di mana : X1 = sikap belajar, Y = prestasi belajar Konstanta sebesar 64,146 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel sikap belajar (X1), maka nilai prestasi belajar (Y) adalah 64,146. Koefisien sebesar 0,277 menyatakan bahwa setiap penambahan ( karena tanda + ) satu skor atau nilai sikap belajar akan mengalami peningkatan skor sebesar 0,277. Dari analisis data diperoleh rhitung untuk variabel sikap belajar ( X1 ) sebesar 0,491 dan nilai rtabel dengan signifikansi ( α ) 5% dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung > rtabel atau 0,491 > 0,468 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap belajar dengan prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun pelajaran 2009/2010.
2. Pengaruh antara Intelegensi (X2) terhadap Pretasi Belajar (Y)
Besarnya hubungan intelegensi (X2) terhadap pretasi belajar (Y) yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,683 atau (rx2y = 0,683). Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara intelegensi (X2) terhadap pretasi belajar (Y), sedangkan tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probablilitas menghasilkan angka 0,002. Karena probabilitas jauh di bawah dari 5% atau 0,002 < 0,05 maka hubungan antara intelegensi ( X2 ) terhadap pretasi belajar ( Y ) signifikan, sedangkan kontribusi variabel intelegensi terhadap prestasi belajar sebesar 46,65%. Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,446 dengan tingkat signifikansi 0,003 karena tingkat probabilitas 0,003 jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Dari tabel 6 menggambarkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut : Y = a + bX2 = 64,146 + 0,801 X2 Di mana : X2 = intelegensi, Y = prestasi belajar Konstanta sebesar 64,146 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel intelegensi ( X2 ), maka nilai prestasi belajar ( Y ) adalah 64,146. Koefisien sebesar 0,801 menyatakan bahwa setiap penambahan ( karena tanda + ) satu skor atau nilai intelegensi akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,801. Dari analisis diperoleh rhitung untuk variabel intelegensi ( X2 ) sebesar 0,683 dan nilai rtabel dengan signifikansi ( α ) 5% dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung > rtabel atau 0,683 > 0,468 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara intelegensi dengan prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun pelajaran 2009/2010.
3. Pengaruh antara Sikap Belajar (X1) dengan Intelegensi (X2)
Besarnya hubungan antara sikap belajar (X1) dengan intelegensi (X2) yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,423 atau (rx1x2 = 0,423). Tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probablilitas menghasilkan angka 0,081. Karena probabilitas jauh di atas dari 5 % atau 0,081 > 0,05 maka hubungan antara sikap belajar (X1) dengan intelegensi (X2) tidak signifikan, sedangkan kontribusi variabel sikap belajar terhadap intelegensi sebesar 17,89%. Dari hasil analisis diperoleh rhitung untuk variabel intelegensi ( X2 ) sebesar 0,423 dan nilai rtabel dengan signifikansi ( α ) 5 % dan n = 18 sebesar 0,468. Karena nilai rhitung < rtabel atau 0,423 < 0,468 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap belajar dengan intelegensi siswa Kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun pelajaran 2009/2010. 4. Pengaruh antara Sikap Belajar (X1) dan Intelegensi (X2) Secara Bersama – Sama terhadap Prestasi Belajar (Y). Dari analisis data diperoleh nilai korleasi ganda (R) sebesar 0,728 dan koefisien determinasinya (R Square) sebesar 0,530 (R2 = 0,7282). Dalam hal ini berarti 53% kontribusi variabel sikap belajar (X1) dan intelegensi (X2) terhadap prestasi belajar (Y) sedangkan sisanya 100% - 53% = 47 % dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Jadi sikap belajar dan intelegensi secara bersama-sama terhadap prestasi belajar memberi kontribusi sebesar 53 %. Persamaan regresi ganda adalah sebagai berkut : Y = a + bX1 + cX2 = 64,146 + 0,277X1 + 0,801X2 Dari uji anova atau Ftes ternyata diperoleh Fhitung sebesar 8,466 dengan tingkat signifikansi 0,003 karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipergunakan untuk memprediksi prestasi belajar. Dari output SPSS diperoleh Fhitung sebesar 8,466 dan Ftabel dengan α = 5%, dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 15 diperoleh sebesar 3,68. Ternyata Fhitung > Ftabel atau 8,466 > 3,68 maka signifikan artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan intelegensi secara bersama – sama terhadap prestasi belajar matematika siswa Kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun pelajaran 2009/2010.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, besarnya pengaruh secara bersama – sama (simultan) antara variabel sikap belajar (X1) dan intelegensi (X2) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun Pelajaran 2009/2010 tergolong kuat. Sedangkan kontribusi secara bersama – sama variabel X1 dan X2 terhadap Y = R2 x 100% atau 0,7282 x 100% = 53% dan sisanya 47% ditentukan oleh variabel lain. Kemudian mengenai naik – turunnya atau besar kecilnya prestasi belajar dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y = 64,146 + 0,277X1 + 0,801X2 sehingga dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) besarnya pengaruh variabel sikap belajar terhadap prestasi belajar adalah 0,491 sedangkan kontribusi variabel X1 terhadap Y sebesar 24,11% kemudian sisanya 75,89% ditentukan oleh variabel lain. Hal ini menunjukkan bahwa sikap belajar berpengaruh yang sedang terhadap prestasi belajar. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa sikap belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika di sekolah masih begitu rendah dan siswa. (2) besarnya pengaruh variabel intelegensi terhadap prestasi belajar adalah 0,683 sedangkan kontribusi variabel X2 terhadap Y sebesar 46,65% kemudian sisanya 53,35% ditentukan oleh variabel lain. Hal ini memberikan keterangan bahwa variabel intelegensi memberikan pengaruh kuat terhadap prestasi belajar. Temuan penelitian ini menerangkan bahwa faktor intelegensi sangat mempengaruhi siswa dalam pencapaian prestasi belajarnya. (3) besarnya hubungan sikap belajar dengan intelegensi adalah sebesar 0,423 kemudian kontribusi variabel X1 dengan X2 sebesar 17, 89% sedangkan sisa 82,1 % ditentukan oleh variabel lain. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa sikap belajar tidak mempunyai hubungan secara lansung dengan intelegensi. Dengan demikian sikap belajar perlu mendapat perhatian yang lebih konkrit dalam kegiatan pembelajaran di sekolah terutama pada mata pelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Ahmadi, Abu, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Anastasi, Anne dan Urbina, Susana, 2007. Tes Psikologi. Jakarta : PT. Indeks
Arikunto, Suharsimi, 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
________________, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Dalyono, 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Daniel, Moehar, 2005. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara
Dimyati, Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Djaali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Dzunaidi, http://statistikpendidikanii.blogspot.com/2009_01_01_archive.html
Ferianita, Melati, 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara
Hadis, Abdul, 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Kartono, Kartini, 1985. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta : CV. Rajawali
Masykur, Moch dan Abdul Halim Fathani, 2007. Mathematicall Intellegence. Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Syah, Muhibbin, 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nazir, Moch, 1988. Metodologi Penelitian.Cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia
Pura, Widyo, 2006. Cara Mudah Mengunakan SPSS Data Entry. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Purwanto, Ngalim, 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
_______________, 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Riduwan, 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta
Santoso, Gempur, 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher
Soemanto, Wasty, 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sudjana, 2005. Metode Statistika. Bandung : PT. Tarsito
Sudjana, Nana, 2005. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah-Skripsi-Tesis-Desertasi, Bandung : Sinar Baru Algesindo
____________, 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta
Sukardi, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Syaodih, Nana, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Umar, Husein, 2001. Meode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT. Raja Grapindo Perkasa
Wuryani, Esti, 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo
Walgito, Bimo, 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi
Yandianto, 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung : M2S
Zaman, Saefull dan Dyan R. Helmi, 2007. Soal – Soal Tes Potensi Akademik (TPA). Jakarta : Kawan Pustaka
BIODATA
M. JAINURI, lahir di Nganjuk - Jawa Timur. Pendidikan mulai SD Negeri No. 039 Simpang Kanan – Bengkalis Provinsi Riau (1987), SMP Negeri 2 Tabir Hitam Ulu I (SPA) tamat tahun 1991, SMA Negeri 2 Tabir (1994). Alumni STKIP YPM Bangko Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Matematika.
Di samping senang terhadap ilmu – ilmu eksata, penulis juga mempunyai hobby pada kesusatraan. Terutama kegiatan tulis menulis berupa fiksi dan nonfiksi. Essay sastra, cerpen, puisi dan feature banyak dimuat di media masa. Hobby dengan dunia komputer dan internet, aktif diskusi di forum, mailing list, dan jejaring social. Sekarang mengelola beberapa webblog, yaitu :
Alamat E-Mail :
jen_kelana42@yahoo.co.id
jenkelana@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar