MENGAKRABI PENELITIAN
Elfa Eriyani
Elfa Eriyani
Abstrak
Tulisan ini ditujukan agar dosen dan mahasiswa menyadari bahwa meneliti tidaklah sulit dan selanjutnya termotivasi untuk kreatif melaksanakan penelitian. Meneliti merupakan proses berpikir ilmiah yang memerlukan suatu sistem dan perencanaan yang disadari. Untuk itu, meneliti lebih mudah jika dikaitkan dengan pekerjaan rutin yang paling dikuasai dan paling disenangi, serta dapat dilakukan secara individual atau berkolaborasi.
Kata Kunci: penelitian, dosen, kolaborasi
A. Pendahuluan
Tomagola menyatakan bahwa para pencoleng atau pembajak bertoga berkeliaran melakukan corrupt academic culture di sarang ilmu (Kompas 2008).
Dosen FISIP UI yang telah berpengalaman selama 40 tahun sebagai dosen dan birokrat di beberapa lembaga negara ini menyimpulkan bahwa masyarakat ilmiah, mahasiswa dan dosen, banyak yang terlibat dengan kegiatan pencolengan karya orang lain. Mahasiswa mencoleng atau memplagiat dalam rangka penyelesaian tugas akhir, dosen muda bahkan dosen senior mendaku karya orang lain, terkadang karya mahasiswanya, dalam rangka melengkapi bahan kenaikan pangkat.
Praktek ini mencoreng kebanggaan lembaga perguruan tinggi yang disebut sebagai lembaga ilmiah, lembaga tempat berkumpulnya para ilmuwan yang berpikir dan bekerja secara ilmiah. Seyogyanya, pada lembaga ini dikaji dan digali berbagai teori dan konsep. Untuk kemudian, teori dan konsep tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik, lebih sempurna, dan lebih bermanfaat melalui proses penelitian. Hasil penelitian itu nantinya diterapkan di tengah-tengah masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Praktek ini mencoreng kebanggaan lembaga perguruan tinggi yang disebut sebagai lembaga ilmiah, lembaga tempat berkumpulnya para ilmuwan yang berpikir dan bekerja secara ilmiah. Seyogyanya, pada lembaga ini dikaji dan digali berbagai teori dan konsep. Untuk kemudian, teori dan konsep tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik, lebih sempurna, dan lebih bermanfaat melalui proses penelitian. Hasil penelitian itu nantinya diterapkan di tengah-tengah masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Kenyataannya, kegiatan penelitian belum membudaya pada masyarakat kampus. Banyak sivitas akademika yang terjebak pada perbuatan rendah untuk memenuhi kewajiban meneliti. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Masyarakat akademik perlu melakukan tindakan agar corrupt academic culture tidak terus mewabah.
Bagaimana caranya? Untuk menjawab pertanyaan tersebutlah, pembicaraan berikut ini dimunculkan. Uraian ini ditujukan agar dosen dan mahasiswa merasakan bahwa meneliti tidaklah sulit dan selanjutnya termotivasi untuk kreatif melaksanakan penelitian. Uraian diawali dengan penjelasan tentang hubungan penelitian dengan proses berpikir, dilanjutkan dengan cara menemukan masalah penelitian, merencanakan penelitian, dan melaksanakan penelitian.
B. Berpikir dan Meneliti
Kegiatan meneliti sering dihubungkan dengan kesibukan seorang ahli di laboratorium, yang sibuk mengamati dan mencatat reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh pencampuran zat kimia tertentu dengan takaran tertentu yang dirancang ahli tersebut. Atau, kesibukan seorang professor, doktor, atau para pakar mengamati dan menyelidiki gejala-gejala alam yang muncul seperti gempa, tsunami, kebakaran hutan, longsor, dan sebagainya.
Meneliti sebetulnya bukanlah kegiatan ekslusif, yang hanya dimonopoli oleh para ahli, professor, atau doktor. Semua orang sebetulnya dapat melakukan kegiatan meneliti. Mengapa? Karena setiap orang telah dianugrahi oleh Sang Pencipta alat untuk meneliti, yaitu pikiran.
Dengan pikiran tersebut, seorang tukang sepatu selalu berusaha untuk menghasilkan sepatu yang lebih baik, lebih bagus, dan lebih tahan lama. Dengan pikiran itu juga, seorang tukang kue mencari akal untuk menciptakan kue yang lebih enak dengan memanfaatkan bahan yang lebih sedikit sehingga modal kuenya lebih murah. Dengan berpikir itulah setiap orang mengupayakan agar hidupnya lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih bermutu.
Uraian di atas menyiratkan bahwa ada persamaan antara berpikir dengan meneliti. Itu benar. Menurut, Arikunto, (1993:2), “Barang siapa ingin meningkatkan hasil untuk apa saja yang sedang ia tekuni membutuhkan kegiatan penelitian”. Berarti, kegiatan tukang sepatu, tukang kue, petani, pedagang, professor, doctor, dan para ahli yang beraneka ragam merupakan kegiatan penelitian, walaupun prosedur dan kualitas penelitiannya berbeda-beda.
Menurut Dewey (dalam Nazir, 2005: 10), proses berpikir manusia mempunyai urutan sebagai berikut:
- Adanya rasa sulit.
- Rasa sulit itu didefenisikan dalam bentuk permalasahan.
- Timbul kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, atau jawaban sementara.
- Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).
- menguatkan pembuktian dan menyimpulkannya melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.
Disadari atau tidak, urutan proses berpikir tersebut dilakukan oleh siapa saja di saat menemui masalah dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang proses itu berjalan begitu cepat, tanpa disadari, karena masalahnya sudah sering dihadapi. Seperti saat merasa lapar, kita menentukan atau mendefenisikan masalah dan menentukan pemecahan serta implikasinya secara cepat. Terkadang proses berpikir itu begitu alot, perlu bantuan dari orang lain, bantuan teori dari buku, atau informasi lain yang lebih banyak sehingga butuh waktu yang cukup lama.
Proses berpikir yang terakhir ini memerlukan suatu system dan perencanaan yang disadari. Inilah yang disebut dengan proses berpikir ilmiah atau metode ilmiah. Menurut Nazir (2005:36), metode ilmiah memiliki enam kriteria, yaitu: berdasarkan fakta, bebas dari prasangka, menggunakan prinsip analitis, menggunakan hipotesis, menggunakan ukuran yang objektif, dan menggunakan teknik kuantifikasi.
Penggunaan teknik kuantifikasi tidak sepenuhnya harus ada dalam setiap penelitian. Belakangan ini berkembang pendekatan penelitian kualitatif, yang didasarkan kepada pradigma bahwa suatu fenomena bersifat jamak dan kontekstual sehingga datanya berupa deskripsi dan kata-kata yang tidak dapat dikuantifikasi.
Hipotesis, yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, juga tidak selalu diperlukan. Umumnya penelitian kuantitatif membutuhkan sebuah hipotesis untuk memandu proses penelitian. Sebaliknya, hipotesis tidak begitu dibutuhkan dalam penelitian kualitatif. Jadi, keberadaan hipotesis dalam suatu penelitian sifatnya opsional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu penelitian harus memenuhi minimal empat criteria, yaitu: penelitian harus dilakukan bedasarkan fakta, bebas dari prasangka, menggunakan prinsip analisis, dan objektif. Agar penelitian memenuhi kriteria tersebut, penelitian dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai beikut:
- Memilih dan mendefenisikan masalah
- Mensurvei data yang tersedia
- Memformulasikan hipotesis (jika diperlukan)
- Membangun kerangka analisis serta alat-alat dalam menguji hipotesis,
- Mengumpulkan data
- Mengolah serta membuat interpretasi
- Membuat generalisasi dan/atau kesimpulan
- Membuat laporan
C. Menemukan Masalah Penelitian
Kesulitan yang sering dihadapi calon peneliti adalah memilih dan merumuskan masalah penelitian. Kegiatan ini merupakan langkah pertama dan yang utama dalam sebuah penelitian. Jika seorang calon peneliti dapat melakukannya dengan baik dapat dikatakan 50% pekerjaan penelitian sudah selesai. Tinggal menyelesaikan 50% lagi.
Namun kegiatan merumuskan masalah penelitian bukanlah hal yang mudah. Banyak mahasiswa atau calon peneliti yang tertegun pada langkah pertama ini. Mereka kesulitan menemukan masalah penelitian sehingga sering meminta orang lain untuk menentukan masalah yang akan ditelitinya. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang baik bagi orang lain belum tentu baik bagi dirinya. Di pihak lain, ada juga mahasiswa yang mengajukan masalah penelitian asal-asalan sehingga masalah yang diajukannya ditolak.
Sebetulnya menemukan masalah penelitian itu tidaklah sulit. Fenomena apa pun yang ada di lingkungan kita dapat dijadikan masalah penelitian. Yang dibutuhkan di sini adalah kepedulian dan kepekaan untuk mengenali masalah tersebut. Untuk mengasah kepekaan, kita hendaknya memperbanyak pengamatan, mempertajam pendengaran, dan meningkatkan kemampuan membaca. Dengan cara-cara itu, kita dapat menerima berbagai informasi tentang berbagai masalah aktual yang mungkin saja dapat dijadikan masalah penelitian.
Cara yang lebih mudah dalam menentukan masalah penelitian adalah berdasarkan bidang ilmu yang didalami dan disenangi. Setiap bidang kajian keilmuan menyediakan ruang untuk dikaji dan ditelaah secara mendalam melalui proses penelitian sehingga ilmu tersebut bisa lebih berkembang dan semakin menuju kepada spesialisasi. Sebagai contoh, seorang dosen mata kuliah Perencanaaan Pembelajaran dapat mengajukan masalah penelitian yang berkaitan dengan teori, praktek, atau usulan tentang perencanaan pembelajaran. Contoh masalahnya antara lain: Bagaimana kualitas perencanaan pembelajaran BI guru-guru SD kabupaten Merangin?, Bagaimana tingkat efektifitas perencanaan pembelajaran BI guru-guru SD kabupaten Merangin?
Untuk lebih memudahkan menemukan masalah penelitian, lakukanlah pendalaman dan perluasan terhadap materi perkuliahan yang ada. Caranya dengan melakukan penelusuran literatur dari berbagai sumber yang tersedia, seperti surat kabar, majalah, internet, jurnal ilmiah, buku teks, atau sumber-sumber lainnya.
Informasi yang didapatkan dari sumber tersebut hendaknya didokumentasikan dalam bentuk catatan bibliografi. Catatan tersebut dapat berbentuk kartu atau berbentuk buku. Yang penting dalam catatan tersebut termuat informasi yang dibutuhkan dan sumbernya. Informasinya dibutuhkan untuk menyusun pendahuluan, kajian teori, atau metode penelitian dan sumbernya tentu saja dibutuhkan dalam mencatumkan sumber referensi dan daftar bibliografi.
Dengan informasi yang cukup banyak dan beragam, calon peneliti dapat dengan mudah melakukan pemilihan. Pilihlah masalah yang memiliki nilai penelitian, berkontribusi yang signifikan, dan dapat diteliti. Masalah yang memiliki nilai penelitian adalah masalah yang faktual, baru, dan penting. Masalah tersebut betul-betul ada dan mengemuka dalam kenyataan hidup masyarakat, serta belum banyak diteliti orang. Pertimbangkan juga pemanfaatan dari hasil penelitian tersebut. Contohnya masalah rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Masalah ini mengemuka pada nilai-nilai ujian semester, ujian sekolah, ataupun ujian nasional.
Masalah di atas perlu dicarikan jalan keluarnya karena banyak pihak yang berkepentingan terlibat, di antaranya siswa, guru, orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Pihak-pihak tersebut dapat menikmati kontribusi penelitian yang akan dilakukan. Di samping itu, masalah ini juga dapat diteliti. Dengan kata lain dapat disesuaikan dengan waktu, ketersediaan intrumen penelitian, objek penelitian, dan tidak bertentangan dengan hukum adat dan agama.
Jika calon peneliti sudah menemukan masalah penelitian yang memenuhi syarat seperti di atas, yakni memiliki nilai penelitian, mempunyai kontribusi yang signifikan, dapat diteliti, dan sesuai dengan kemampuan dan kemauan peneliti, maka langkah berikutnya calon peneliti dapat menyusun rencana penelitian.
D. Merencanakan Penelitian
Merencanakan penelitian berarti menyusun proposal penelitian. Kegiatan ini hendaknya dilakukan secara cermat dan sistematis sehingga penelitian dapat dilaksanakan secara cepat dan mudah untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Perencanaan yang matang dapat membimbing kegiatan pelaksanaan penelitian sehingga proses penelitian dapat berjalan dengan mudah dan cepat.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun proposal penelitian adalah menyusun outline atau kerangka karangan. Penyusunan outline dilakukan berdasarkan panduan yang berlaku. Perlu diingat bahwa outline proposal itu tidak sama untuk semua jenis penelitian. Setiap lembaga menetapkan outline proposal dan laporan penelitian tersendiri. Oleh sebab itu, setiap calon peneliti harus mempelajari dan mempedomani panduan yang diberikan oleh lembaga tempat meneliti.
Pada umumnya, proposal penelitian berisi bagian pendahuluan, kajian teori, dan metode penelitian. Pendahuluan berisi pengajuan masalah penelitian, yang didasari oleh latar belakang yang mendukung, tujuan yang ingin dicapai dari proses penelitian, dan manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian. Kajian teori berisi uraian konsep-konsep yang diperlukan dalam proses penelitian
Langkah berikutnya adalah mengembangkan outline tersebut sehingga menjadi proposal yang lengkap. Dalam mengembangkan proposal tersebut gunakan catatan-catatan bibliografi yang telah dikumpulkan. Susunlah kartu-kartu bibliografi sebagai pemandu dalam menulis dan mengembangkan paragraf demi paragraf. Jangan ganggu konsentrasi dengan memikirkan kaidah-kaidah penulisan dan tatabahasa.
Kemudian lakukan penyuntingan. Baca kembali tulisan yang dihasilkan secara kritis dengan memperhatikan urutan alinea dan ide-ide, kelengkapan topik, kekomunikatifan kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan dan tanda baca serta pengembangan paragrafnya. Lakukan pengecekkan terhadap detail-detail yang lain, seperti nama pengarang, daftar referensi, lampiran-lampiran, dan sebagainya. Berikut, ada baiknya diminta orang lain untuk membaca dan merevisinya sehingga didapatkan proposal yang komunikatif dan efektif.
E. Melaksanakan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari kegiatan mengumpulkan data dan menganalisis data. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Namun terkadang terjadi situasi yang di luar dugaan sehingga dibutuhkan kemampuan peneliti untuk melakukan penyesuaian yang tidak mengubah jalannya penelitian.
Pelaksanaan penelitian tidak selamanya dilakukan secara individual. Seorang dosen dapat berkolaborasi dengan mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir, dengan guru, atau dengan rekan sesama dosen. Kolaborasi dengan mahasiswa sangat dianjurkan, dan merupakan keunggulan tersendiri. Salah satu point penilaian akreditasi, yaitu komponen 7.1.2 adalah keterlibatan mahasiswa yang melakukan tugas akhir dalam penelitian dosen (BAN-PT, Depdiknas, 2008: 34). Cara ini dapat menguntngkan bagi kedua belah pihak juga bagi institusi perguruan tinggi.
Kolaborasi dengan guru sangat memungkinkan juga untuk dilaksanakan. Penelitian ini dapat membantu guru memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Dosen dapat mencarikan solusinya, dan nanti bersama guru melaksanakan atau menguji tindakan yang diusulkan tersebut di kelas. Hasil penelitiannya nanti dapat dinikmati oleh dosen dan guru kolaborasinya.
Penelitian kolaborasi dengan guru memudahkan akses untuk masuk wilayah penelitian. Kolaborasi dan akses akan didapat dengan mudah melalui jaring sosial yang sudah terbentuk dan terbina dengan baik. Untuk itu, sebelum melaksanakan penelitian sebaiknya dibina hubungan yang intensif dan baik dengan lingkungan, termasuk lingkungan lokasi penelitian. Sikap yang sopan dan bahasa yang santun seyogyanya digunakan dimana saja dan kapan saja. Jangan pernah mengganggap rendah atau menganggap sepele orang lain karena bisa saja suatu ketika orang tersebut amat dibutuhkan bantuannya.
Jika peneliti dapat masuk lokasi penelitian dengan mudah maka proses pengumpulan data dapat dilakukan tanpa hambatan yang berarti. Kalaupun ada hambatan akan dapat diatasi dengan segera sehingga peneliti dapat mengumpulkan data sesuai dengan yang dibutuhkan. Data yang dikumpulkan bisa lebih lengkap dan valid.
Segera setelah data terkumpul, analisis data dapat dilakukan. Bila dalam menganalisis terdapat data yang kurang sempurna, maka perlu dilakukan kegiatan turun ke lokasi penelitian untuk melengkapi data tersebut. Proses pengumpulan dan penganalisisan data dapat terjadi secara silmultan atau berlanjut atau secara sirkuler atau berulang-ulang tergantung kepada kebutuhan pemecahan masalah penelitian.
Selama melaksanakan proses penelitian, peneliti jangan sampai kehilangan fokus sehingga terjebak melakukan hal-hal yang tidak perlu atau yang dapat merugikan diri sendiri dan penelitian yang sedang dilakukan. Intinya, peneliti harus memusatkan perhatian kepada kegiatan penelitian yang sedang dilaksanakannya agar penelitian dapat dilaksanakan dengan mudah dan cepat.
F. Penutup
Meneliti bukanlah kegiatan yang sulit bukan pula kegiatan yang mudah. Semua orang, pada dasarnya, melakukan kegiatan meneliti meskipun dengan prosedur dan kualitas yang berbeda-beda. Meneliti yang diharapkan dari dosen dan mahasiswa adalah meneliti yang dilakukan secara logis, sistematis, analitis, dan objektif.
Untuk dapat melakukan penelitian tersebut tersedia berbagai panduan yang dapat dijadikan pedoman, termasuk panduan yang disediakan khusus untuk lembaga tertentu. Yang diharapkan dari seorang dosen dan mahasiswa adalah kemauan untuk meneliti dan selalu fokus serta konsisiten pada masalah yang telah dipilih.
Pemilihan masalah penelitian sebaiknya didasarkan kepada matakuliah yang diampu dan disenangi. Materi perkuliahan yang paling disenangi dan paling dikuasai dapat diperdalam dan diperluas melalui penelitian. Selanjutnya, rencanakan dan laksanakan penelitian secara individual atau yang lebih baik lagi bekolaborasi dengan mahasiswa tahun akhir, dengan guru, atau dengan rekan sesama dosen.
BACAAN LANJUTAN
Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
_____. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Jabrohim (ed). 2001.
Bogdan dan Biklen. 1990. Riset Kualitatif untuk Pendidikan (terj. Munandir). Dirjen Dikti Depdiknas.
BAN-PT Depdiknas. 2008. Buku 6-Matrik Penilaian Borang Akreditasi Program Studi S1.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Nazir, Moh.2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Spradlrey, James P. 1997. Metode Etnografi. Terj. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Tomagola, Tamrin Amal. 2008. ”Pembajak Bertoga di Sarang Ilmu” Kompas 9 Juni 2008.
Wardhani, IGAK dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Modul Universitas Terbuka.
BODATA
Nama : Dra. Elfa Eriyani, M.Pd.
TTL : Koto Baru, Agam, 4 Maret 1966
Pendidikan :
1. SDN Kotobaru lulus tahun 1979
2. SMPN 1 Maninjau lulus tahun 1982
3. SPGN Bukittinggi lulus tahun 1985
4. D2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Padang lulus tahun 1987
5. S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Padang lulus tahun 1989
6. S2 Pendidikan Bahasa UNP lulus tahun 2001
Karya Ilmiah
1. Hubungan Minat Baca dengan Hasil Belajar Menulis Siswa SMAN Maninjau.
2. Pendekatan Komunikatif dalam Buku Ajar Bahasa Indonesia Kelas 3 SD
3. Kemultibahasaan Anak-Anak
4. Teori Belajar Bahasa (Diktat kuliah)
5. Sintaksis (diktat kuliah)
6. Latar dalam novel Saman karya Ayu Utami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar